Langsung ke konten utama

Mendaki itu Candu, Setuju ?

Sumber : wikipedia.org
Tren naik gunung sampai sekarang masih menjadi tren bagi masyarakat Indonesia. Anak muda sampai orang tua (pendaki kawakan), perempuan dan laki-laki memenuhi jalur pendakian terutama pada hari-hari libur. Naik gunung seolah menjadi gaya hidup kekinian. Fenomena ini mulai buming setelah penayangan film 5 CM yang dirilis 12 Desember 2012. Hal ini juga yang terjadi pada saya, atau lebih tepatnya teman-teman yang mengajak saya mendaki pertama kalinya. Mereka mengajak mendaki setelah menonton film 5 cm, saya ikut-ikut saja walaupun belum pernah menonton 5 CM, malah saya menontonnya setelah mendaki gunung. Waktu itu tujuan kami adalah Gunung Ungaran, ya itulah gunung yang pertama saya daki. Hingga akhirnya saya ketagihan mendaki. Gunung Lawu, Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, Prau, Papandayan, hingga Gunung Rinjani saya daki bersama teman-teman ini.


Alhamdulillah grup kami bukanlah pendaki alay atau pedaki yang ingin cuma eksis di medsos, yang terkadang tidak menghiraukan lingkungan bahkan cenderung merusaknya. Tidak ramah dan tegur sapa kepada sesama pendaki lain. Pendakian kami rencanakan dengan matang (setidaknya menurut pendapat kami matang, wlpn kadang masih ada kekurangan disana-sini). Pembagian barang bawaan, ransum, alat masak hingga obat-obatan kami persiapkan saat pendakian pertama - Gunung Ungaran awal 2013 (tepatnya lupa, harus buka kembali dokumentasi :)). Sejak dulu emang ada keinginan untuk menulis catper (catatan perjalanan) tapi tidak kunjung dilakukan. Akhirnya detail perjalanan hilang dari ingatan seiring berlalunya waktu.

Sejak pendakian pertama itu teruslah kami rutin melakukan pendakian hingga beberapa gunung di Jawa Tengah  dan Jawa Barat. Setelah beberapa member menikah dan punya momongan mulailah kesusahan dalam mengatur jadwal, ada yang arus mengantongi ijin dari istri, atau bahkan menunggui anak yang sedang tidak enak badan. Namun kegitan naik gunung sangat berkesan bagi kami, dan saat ini masih ada pembicaraan untuk bisa naik gunung sama-sama lagi. Entah dengan mengarang cerita pada istri kalo ada tugas luar kota supaya bisa naik gunung hahaha. Menurutku mendaki itu candu, sekali mendaki maka ingin mendaki lagi. Mungkin kepuasan yang kita dapat setelah sampai puncak apalagi dengan bonus sunrise yang mengagumkan adalah salah satunya. Atau kebersamaan dalam suka duka ketika mengalahkan lelah dan pegal yang membuat kami terus naik gunung

Ada satu temanku yang akhirnya honeymoon ke Rinjani, aku yakin dia nyontek ideku hahaha. Karena aku yang pertama berceria tentang honeymoon di puncak rinjani ketika kami sedang santai dibasecamp setelah pendakian. Cukup susah juga ketika mendaki gunung yang tinggi dengan orang yang sama sekali belum pernah mendaki, pikirku. Sehingga hingga hampir 4 bulan menikah agenda ini belum terealisasi. Harus persiapa fisik dan psikologis dulu. Dan yang paling penting persiapan dana hahaha.

Akhirnya untuk pemanasan saya dan istri camping dulu di Mawar Camping Ground yang terletak di basecamp mawar pendakian Gunung Ungaran. Fasilitas disini cukup lengkap dan mudah dijangkau dari pusat kota semarang dengan kendaraan pribadi. Biaya untuk ngecamp pun todak menguras kantong. Kalo tidak salah permalam Rp 5.000,- untuk satu orang dan parkir mobil Rp. 10.000,- permalam. Untuk tenda kami dan alat masak kami bawa sendiri, kalaupun tidak bawa temen-temen bisa menyewanya di basecamp, harga sewanya pun cukup terjangkau Rp 50.000,- untuk satu tenda kapasitas 4-5 orang. Alat masak? kalau kalian tidak mau ribet sebenarnya ada warung di area camping ground hahaha... atau kalau makan malam romantis bisa jalan kebawah sekitar 300 m ada pondok kopi umbulsidomukti, oh ya disampingnya juga ada beberapa villa yang bisa kalian sewa kalo males tidur di tenda hahaha.

Mawar Camping Ground Gunung Ungaran
Jadi kalian lebih memilih mana, camping atau menyewa villa?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Patina - Pendewasaan Kulit

Semua orang hampir pasti pernah berinteraksi dengan barang-barang dari kulit baik kulit sintesis maupun kulit asli. Sofa, jok motor, jok mobil, dompet,tas, dan ikat pinggang yang sekarang kamu pakai mungkin terbuat dari kulit. Sejarah mencatat pemakaian kulit sudah ada sejak zaman prasejarah, mereka menggunakan kulit dari binatang buruan sebagai alas kaki, pakaian, tenda, maupun tempat makanan dan minuman. Awalnya pengolahan kulit dilakukan secara sederhana hanya dikeringkan baik dijemur dibawah sinar matahari atau dipanaskan diatas api. Sekarang pengolahan kulit tidaklah sesederhana itu. Proses penyamakan menggunakan teknologi tinggi untuk menghasilkan bermacam-macam jenis kulit.